Nonton Bioskop dan Lomba Mural
Welcome to Octobeeerrr!!!
Udah mulai musim hujan ya. Jaga kesehatan, jangan lupa bawa payung atau jas hujan kalau bepergian. Jangan sampai sakit gara-gara kehujanan, yaa.
Banyak peristiwa menarik yang pengen aku ceritakan ke kalian sejak postinganku yang terakhir. Padahal baru 5 hari yang lalu, hmm.
Jadi, hari Sabtu yang lalu, aku dan 2 cewek-hobi-gosip (baca: Siska dan Sekar) nonton bioskop di XXI Bintaro Plaza. Ini aku yang ngajakin sih, wkwk.
Siang itu, kita bertiga lagi pada ngumpul di kamarnya Sekar. Kamarnya Sekar ini emang udah kayak basecamp gitu, soalnya letaknya strategis, adem, dan syahdu. Seperti biasa, kita bertiga tuh kalo ketemu udah kayak pepatah "bersatu kita ghibah, bercerai kita inshaAllah gak pernah". Pasti deh adaa aja gosip (atau kita menyebutnya dengan istilah "fun fact") yang dibahas. Pacarnya temen yang kegenitan, cowok br*ngs*k yang naksir Siska, temen sekelasku yang nyebelin, sampe mbak-mbak penghuni kosan yang rempongnya naudzubillah. Kayaknya cewek-cewek kalo ketemu suka gitu ya, ngomongin orang. Astaghfirullah, dasar cewek.
Tapi bahan obrolan kita gak cuma ngomongin temen atau curhat kok, kita juga sering diskusi materi perkuliahan. Bukan diskusi sih ini, lebih ke debat. Soalnya kadang pemahaman mahasiswa dan apa yang diajarkan oleh tiap dosen tuh bisa beda-beda. Dan dosen kita banyak yang beda, jadi banyak sumber ilmu gitu. Kayak kemarin kita berdebat soal investasi saham kalo ada excess value. Itu debatnya dua jam baru selesai padahal cuma bahas 1 soal, wkwk. Kita juga pernah diskusi tentang LGBT gara-gara awalnya ngomongin gosip Kylie Jenner hamil sama Travis Scott, habis itu bahas bapaknya Kylie yang transgender jadi cewek, dan sampailah pembahasan kami pada LGBT.
Oke, kembali ke siang itu. Hari Sabtu siang, kita lagi nonton vlog-nya Nessie Judge yang "Nerror" (Nessie Horror). Vlog Nerror ini khusus membahas hal-hal horor dan update tiap Jumat malem. Kalo gak salah, waktu itu kita nonton beberapa video yang membahas creepy pasta terseram, chat serem Annie96, sama video terkutuk. Tapi yang video terkutuk kita gak berani nonton. Hehe. Di antara kita bertiga, Siska yang paling gak penakut. Setidaknya kalo lagi nonton film horor di kamarnya Sekar tuh dia masih berani lihat hantunya. Sedangkan aku sama Sekar cuma berani nonton dari balik serat kain bantal. Wkwkwk. Cupu emang.
Setelah bosen nonton beberapa video (dan laper juga), aku mengusulkan, "Guys, Pengabdi Setan kuy."
"Mau nonton? Berani gak?" -Siska, merasa pede karena level keberaniannya di atas kita berdua.
Trus aku bacain kan beberapa review film nya. Banyak yang bilang film horor ini bagus, serem, pokoknya recommended lah. Tapi emang beneran recommended setelah nonton. Sampe Siska aja bilang kalo itu film horor terseram Indonesia. Btw, Siska sama Sekar udah nonton Pengabdi Setan yang jaman dulu, karena film yang tayang sekarang ini remake dan ceritanya agak beda. Dan lebih bagus yang sekarang kata mereka. Aku sih gak nonton.
Akhirnya kita memutuskan buat nonton di BP jam 16.20 setelah ngecek jadwal filmnya di hari itu. :)) Trus kita bertiga siap-siap, pesen gocar, sekitar jam setengah 3 baru berangkat. Sampe di BP, kita pesen tiket, trus makan di KFC. Siska & Sekar jalan-jalan ke Gramedia sambil nungguin aku sholat. Habis sholat, aku nyusul mereka ke Gramed. Cuma liat-liat aja sih, gak beli. Jam 4 sore, kita nunggu di Cafe XXI. Kita baru masuk ke bioskopnya habis pintunya dibuka (ya iyalah). Filmnya agak terlambat dari jadwal sih, soalnya baru diputer jam 16.25.
Ketegangan dimulai.
Aku ceritain yaa. Pengabdi Setan karya sutradara Joko Anwar ini bercerita tentang sebuah keluarga yang menghadapi ancaman dari sekte penyembah setan. Keluarga ini terdiri dari Bapak, Ibu (Ayu Laksmi), sama anaknya 4. Anaknya namanya Rini (Tara Basro), Toni (Endy Arfian), Bondi, dan Ian. Rini kayaknya udah kerja, Toni masih SMA, Bondi umurnya 10 tahun, dan Ian 6 tahun. Si Ian ini bisu, jadi kakak-kakaknya kalo ngomong sama dia pake bahasa isyarat. Mereka kayaknya tinggal di rumah kontrakan gitu, tapi mau pindah ke kota karena terpaksa udah gak bisa bayar kontrakan. Bapaknya gak punya uang, ibunya sakit keras, mereka berenam hidup pas-pasan lah intinya. Karena ibu mereka dulunya penyanyi, Rini mencoba nagih uang royalti dari hasil penjualan album ibunya (kita malah bisik-bisik tarif pajak royalti berapa persen). Tapi hasilnya nihil. Oiya, mereka juga tinggal sama neneknya. Itu sekilas latar belakang keluarganya.
Pokok permasalahan keluarga ini ada di ibunya. Kok bisa? Yupp, ibunya ini anggota sekte sesat itu tadi, yang kemudian membawa masalah ke keluarganya. Sekte pemuja setan ini tuh buat kesuburan. Jadi kalo yang susah punya keturunan trus ikut sekte ini, nanti bisa punya anak. Dan itulah yang dilakukan ibu mereka. Tapi anak-anaknya gak pernah tau. Mereka baru tau setelah ibu dan neneknya meninggal. Itu pun mereka taunya dari temen neneknya.
Sebelum neneknya meninggal, beliau nulis surat yang isinya nyuruh cucunya buat menemui temen neneknya ini. Kalo gak salah namanya Pak Budiman. Beliau semacam pakar ilmu hitam gitu. Setelah Rini sama Hendra (anaknya Pak ustad di kampungnya) berkunjung ke rumahnya Pak Budiman, barulah mereka tau. Sebenernya neneknya tuh gak setuju kalo Bapaknya nikah sama ibunya yang penyanyi itu. Neneknya tau kalo ibunya Rini ikut sekte kayak gitu. Rini awalnya gak percaya sama Pak Budiman. Justru Toni-lah yang percaya.
Toni sempet membaca bukunya Pak Budiman yang membahas tentang sekte kesuburan. Katanya, pengikut sekte itu berhubungan seks dengan sesama anggota sekte. Toni percaya soalnya dia memperhatikan kalo di antara mereka berempat tuh gak ada yang mukanya mirip. Menurut buku itu juga, anak terakhir akan dikorbankan pas udah berumur 7 tahun. Anak ini bakal dijemput sama segerombolan mayat hidup. Sereemmm :(((
Semenjak ibu mereka meninggal, mulailah banyak kejadian aneh di rumah mereka. Kayak bunyi lonceng dari kamar ibunya, Hendra yang diliatin hantu di rumah mereka, piringan hitam ibunya yang tiba-tiba rusak trus muterin suara-suara aneh, sampe nenek mereka yang meninggal gara-gara kecemplung sumur. Aneh kann? Sebenernya, kasian sih neneknya ini. Beliau kayak emang sengaja dibunuh karena tau semuanya. Saking seremnya rumah mereka, Pak Ustad (bapaknya Hendra) sampe menyarankan buat pindah rumah secepatnya. Pak Ustad juga nyuruh Rini dan keluarganya buat solat, soalnya mereka Islam tapi gak pernah solat.
Kata temenku yang udah nonton film ini, hal yang paling serem adalah lukisan ibunya yang ada di ujung lorong rumah. Emang sih ini serem banget. Tapi menurutku, pas rumah mereka didatengin rombongan anggota sekte juga serem kok. 😣
Sebenernya, aku gak nonton semua adegannya. Yaa maklum, berhubung aku penakut, lebih sering tutup mata daripada nonton filmnya. Hahahaa. Kalo sekiranya ada tanda-tanda hantunya bakal muncul, aku sama Sekar udah siap-siap. Kebiasaanku kalo nonton horor adalah teriak sebelum hantunya keluar. Ini malu-maluin sih. Dan kita bertiga nontonnya teriak-teriak. Tapi bukan cuma kita bertiga kok, penonton lain juga ada yang teriak. Sumpah ya, aku sampe histeris sendiri. 😂
Gak cuma serem, ternyata film ini juga bikin manusia-berhati-lemah-kayak-aku nangis. Huhuuuu. Ini gara-gara adegan sewaktu Ian dijemput sama neneknya. Tiba-tiba kursi roda neneknya jalan sendiri, habis itu diem sebentar disertai suara bengek neneknya. Daan... Tiba-tiba kursi rodanya kelempar sendiri gaes! Trus barang-barang di rumah mereka juga kelempar sendiri. Seolah-olah ada angin tornado yang menerpa rumah mereka. Seketika suasana rumahnya udah hectic buanget. Sewaktu melarikan diri, Bapaknya, Rini, sama Toni malah terjebak di ruangan di rumahnya. Sedangkan si Bondi sama Ian tetep berada di ruang tamu (?) Posisinya si Bondi duduk sembunyi di balik pilar, dan Ian badannya udah melayang dengan tangannya cuma megangin kusen. Badannya tuh kayak kesedot gitu ke arah arwah neneknya. Duhh, siapa sih yang tega lihat anak kecil tanpa dosa seimut itu mau diambil hantu? Udah gitu Ian ini malah senyum-senyum sambil nunjukin isyarat "I love you, Bondi", kayak dia udah mau pergi meninggalkan keluarganya. Sedih baanget gak sih? 😢 Tapi akhirnya Ian diselamatin sama Bondi, tangannya ditarik. Dan rumahnya jadi tenang lagi. Berasa kayak film keluarga.
Di akhir film, setelah semua kebenaran terungkap, aku jadi nyesel udah menangisi Ian. Kenapa? Jadi, Hendra ditelpon sama Pak Budiman buat segera ke rumahnya. Waktu itu, Rini sama adek-adeknya lagi numpang di rumahnya Pak Ustad soalnya kan bapaknya lagi pergi dan habis ada kejadian mengerikan di rumahnya (aku lupa kejadiannya apa). Rini gak ikut ke rumahnya Pak Budiman karena jagain adeknya, kebetulan Bondi juga lagi sakit. Akhirnya Hendra ke rumahnya Pak Budiman sendirian. Dia dititipin surat buat dikasihin ke Rini. Namun naas, di perjalanan pulang, Hendra kecelakaan dan meninggal. Untungnya, Rini sempet lihat surat titipannya Pak Budiman jatuh, trus disimpen.
Isi surat ini adalah ralat dari buku yang pernah dikasih sama Pak Budiman. Kalo ternyata, anak terakhir yang dilahirkan itu bukan dikorbankan buat tumbal, tapi.... titisan iblis. Huaaaahh, ini lebih mengerikan sih. 😷 Yang baca surat itu malah Toni. Rini masih aja gak percaya sama Pak Budiman. Padahal selama ini, cuma Ian yang sering digangguin sama arwah neneknya. Mungkin karena neneknya tau sesuatu tentang Ian dan berusaha menyelamatkan mereka semua. Mungkin ya. *sok tau*
Omongannya Pak Budiman mulai terbukti satu-persatu. Setelah bapak mereka pulang, suatu malam, rumah mereka didatengin sama sekte itu. Pakaiannya hitam-hitam, pada bawa payung, diem aja, trus berdiri mengelilingi rumah mereka. Pas bapaknya mencoba ngusir mereka, mereka beneran pergi. Tapi mereka emang gak ngapa-ngapain sih, selain menebar biji kecil-kecil warna merah. Kejadian inilah yang kemudian diralat sama Pak Budiman sebagai "upacara menebar benih", yang tujuannya buat menandai "penjemput" mereka.
Klimaksnya, yaitu beberapa malam kemudian setelah kejadian "menebar benih", ada kejadian aneh lagi di rumah mereka. Awalnya, si Ian bangun malem-malem sambil ngoceh gak jelas. Padahal Ian kan bisu ya. Pas ditanyai sama Bondi, "Ian, kamu lagi ngomong sama siapa?". Dia cuma jawab, "Lagi ngomong sama temen-temen Ian." Habis itu dia ketawa mengikik. Tau kan, mengikik tuh kayak gimana. Gak usah aku jelasin. Ian ndeketin Bondi sambil ketawa kayak gitu. Bayangin. Hiiiyyy.
Aku lupa adegan setelah itu gimana, soalnya lagi tutup mata. Wkwk. Tapi ada suara lonceng sih, yang menandakan hantu ibunya dateng. Pas aku lihat lagi, Rini, Toni, sama bapaknya udah pada sembunyi di kamar. Rini masih sempet ngintip ke luar pintu kamar dan apa yang dia lihat? Yaa benar, dia lihat hantu ibunya sama Ian lagi menuruni tangga sambil bawa lampu. Setelah Ian sama ibunya keluar, mereka bertiga ngecek ke kamar ibunya buat nyari Bondi. Kasian banget dia sembunyi di kolong tempat tidur ibunya gara-gara ketakutan. Oiya, pas ini juga Pak Ustad lagi nginep di rumah mereka. Ternyata malam itu adalah saat-saat mereka dijemput sama para mayat hidup. Ouuuuchh.... Sampe mayatnya Hendra juga bangkit dan membunuh bapaknya sendiri. Iyapp, Pak Ustadnya mati :(((
Di luar, rumah mereka udah dikelilingi sama pasukan zombie. Untungnya keluarga ini cepet-cepet nanem tanaman untuk menyerang zombie-zombie menyebalkan itu. Dikira Plant Vs Zombie apa? Gak deng. Untungnya Pak Budiman juga udah ada di luar rumah buat menyelamatkan mereka. Sebelum mereka naik ke mobilnya Pak Budiman, mereka sempet lihat Ian yang udah bergabung sama para zombie itu sambil bilang, "Ini ayahku. Ayah sini." Ya ampunn, bapaknya diajakin bergabung, menn. Sungguh anak yang berbakti.
Sempet gemes juga sih, soalnya mobilnya Pak Budiman pake mogok segala. Kayak, "ayoo cepetann jalann, itu zombienya udah dekeeett. Aaaarrrghhh". Dan akhirnya mereka berhasil lolos dari maut. Fyuhh.
Ending film ini gantung dan cenderung gak jelas sih. Jadi, setelah Rini, Toni, Bondi, dan bapaknya pindah ke rumah baru, mereka hidup kembali seperti biasa. Tanpa Ian ya. Kan dia udah beda dunia. Nahh, ternyata tetangganya mereka itu adalah Fachri Albar. Ganteng ya? Sayangnya, Fachri Albar dan istrinya ini anggota sekte kesuburan. Dan di akhir film, mereka bilang, "Kita akan panen besar." What?! 😧 Habis itu mereka berdua berdansa dengan riang gembira.
Yaa begitulah ceritanya. Kayaknya sih bakal ada Pengabdi Setan 2, hmmm. Kita tunggu aja lah ya.
Kembali ke 3 cewek penakut yang tadi nonton film ini. Kita bertiga pulang sekitar jam setengah 7 malem, sambil berkomentar seputar film yang baru kita tonton. Aku gak solat di BP karena antrinya puanjaang banget.
Sampe kosan, malemnya kita bobok bertiga di kamarnya Sekar. Soalnya takutt, masih kepikiran filmnya. Hehee. Mana besok paginya aku ikut lomba mural jam 6. Untungnya jam 5 kurang udah bangun, kecuali Sekar. Baru deh, aku sama Siska pindah ke kamar masing-masing.
Tim lomba mural tingkat 3 |
Ini hasil karya kitaa |
Btw, lomba mural ini dalam rangka Accounting Festival, acara jurusan akuntansi gitu. Ada lomba olahraga, seni, dan akademik. Mural ini salah satu cabang lomba seninya. Jadi kita melukis dengan media triplek 2,4x2,4 meter kalo gak salah. Satu tim mewakili 1 angkatan dan berjumlah 10 orang. Berarti cuma ada 3 tim yang ikut lomba ini. Kita dikasih waktu buat melukis dari jam 6 sampe jam 1 siang. Lama banget kaan? Sampe bosen dan laper aku di situ. Lombanya di mana emang? Di kampus aja kok, di depan gedung I. Panas sih, tapi asique. Walaupun 1 tim sama Hana. 😒 Soalnya temen-temen yang lain, selain Hana, asyik-asyik aja sih. Ada temenku juga yang jadi panitia, jadi ada yang bisa diajak ngobrol gitu biar gak terlalu bosenn. Intinya sih menyenangkan, meskipun capek dan lapar. :))
Udah panjang belum postingannya? Wkwk. Udah ya? Ini baru sampe hari Minggunya sih, belum kejadian hari Senin dan Selasa. Ohohooo. Aku ceritain kapan-kapan yaa di postingan selanjutnya, okayy?
P. S. : Gak berani nyantumin posternya Pengabdi Setan :(( Terlalu menyeramkann. Heuuuu. Dan foto pas kita bertiga di BP juga gak ada, adanya story nya Siska sih. Tapi udah ilang.
Pic. Source: 8Tracks
Comments
Post a Comment